Home » » Emansipasi Cinta

Emansipasi Cinta

Written By Unknown on 27 Oktober 2011 | Kamis, Oktober 27, 2011

Emansipasi Cinta
Vera kaget ketika melihat Nila menangis menuju kamarnya. Segera Vera menyusul langkah Nila. Dilihatnya Nila sedang membaringkan tubuhnya yang mungil. Terdengar tangisan yang lirih. Vera menghampiri sahabatnya itu.
“Kenapa kamu Nil?” tanya Vera.
Nila langsung saja memeluk tubuhnya. Tangisannya semakin deras. Vera mengerti perasaan sahabatnya. Saat tangisnya reda, Nila mulai melepaskan pelukannya. Matanya begitu sembab.

“Ayo ceritakan kepadaku Nil. Siapa sih yang tega buat sahabatku menangis seperti ini,” ucap Vera sambil menghapus air mata Nila.
“Raffi Ver. Dia mutusin aku begitu aja. Padahal aku sudah sangat perhatian dan sayang ama dia. Namun dia tak mengerti aku.” ucap Nila dengan nada sedih.
“Benarkan kataku dulu. Raffi itu play boy. Dia hanya memanfaatkan kamu aja. Sekarang kamu percaya bahwa Raffi bukan sekedar play boy, tapi dia seorang penjajah, penjajah perasaan cewek,” ucap Vera berkobar penuh amarah.
“Tapi dia itu…” kilah Nila.
“Sudahlah Nil, lupakan dia. Karena dia hanya akan membuatmuterluka.” pinta Vera.
Vera memeluk sahabat satu rumah kostnya ini. Ia begitu kasihan kepada Nila. Juga kepada cewek-cewek yang telah dipermainkan Raffi. Keluguan Nila pada dunia membuat ia terluka. Cinta adalah dunia asing yang baru dijamahnya. Dan pelukan Vera semakin erat.
Vera kenal siapa Raffi, tapi Raffi tak mengenalnya, meskipun satu SMA mereka tak saling kenal. Dan siapa yang tak kenal Raffi, kumbang berparas elok di SMA itu. Sehingga bunga-bunga SMA berebut ingin dihinggapinya. Jadilah Raffi sebagai play boy tersohor. Puluhan cewek telah patah hati karenanya, namun inilah yang membuat Vera heran, masih saja banyak cewek yang ingin jadi pacar Raffi. Jelas-jelas nantinya mereka akan diputusin dan buat hati mereka sakit.
“Mereka tak sadar bahwa hati mereka telah dipermainkan Raffi,” pikir Vera.
Tak bisa Vera membiarkan semua ini terus terjadi. Jika dibiarkan makin banyak kaumnya yang terluka, untuk itulah Vera merencanakan sesuatu.
“Tapi ati-ati! Jangan sampai kamu jatuh cinta beneran ama dia,” pesan Nila.
“Tenang aja Nil, aku tak akan cinta beneran ama play boy tengik itu,” balas Vera.
Di setiap jam istirahat taman itu ramai oleh para siswa, termasuk juga Vera. Beralaskan rerumputan, mata dan pikirannya tak lepas dari buku yang dibacanya. Tiba-tiba saja konsentrasinya buyar saat seorang cowok tampan menghampirinya.
“Hai…! Maaf mengganggu,” sapa cowok itu sambil duduk disampingnya.
“Nggak apa-apa kok,” balas Vera.
“Kamu anak baru ya, soalnya aku nggak pernah lihat kamu,” tanya cowok tadi. Mendengar itu Vera tertawa lirih.
“Siapa yang anak baru, kamu aja kali yang kurang awas. Aku kan anak sekolah ini juga.” jawab Vera
“Mungkin, tapi bagiku siapa aja yang baru kulihat di SMA ini dialah anak baru. Berhubungan aku baru pertama kali liat kamu, boleh dong aku kenalan. Namaku Raffi, kamu…?” tanyanya dengan menyodorkan tangan.
Vera sudah menduga semua akan berlangsung cepat.
“Aku Vera,” jawab Vera.
“Nama yang bagus,” ucap Raffi.
Sejak perkenalan itu Raffi dan Vera sering jalan bersama. Raffi memang sering bersama dengan cewek. Tapi kali ini saat dengan Vera, Raffi merasakan kebahagiaan yang tulus. Dan perasaan inilah yang nggak pernah ia dapatkan dari cewek lain. Maka dengan penuh keyakinan Raffi menembak Vera.
“Aku cinta kau Ver. Maukah kau jadi pacarku?!”
Mendengar kata-kata itu Vera tersenyum manis. Hatinya bahagia karena ia pikir itu sudah memiliki sebagian kemenangannya. Dan bagi Raffi senyum itu sebagai symbol bahwa cintanya telah diterima.
Setelah jadian mereka tak pernah jauh. Raffi sangat menyayanginya, sehingga selalu dengan Veralah yang ia inginkan. Rasa perhatian Raffi padanya juga berlebihan. Dan sikap seperti itulah yang tak pernah ia berikan pada semua pacarnya dulu. Karena pacaran kali ini Raffi tak ingin main-main. Ia sangat cinta pada Vera. Dan Raffi tak ingin kehilangan Vera.
Sama halnya dengan Raffi, Vera yang baru pertama kali diperhatikan ama cowok merasa keindahan rasa itu karena Raffi. Cinta Raffi yang tulus membuai pikiran Vera. Ia hampir saja jatuh ke lembah cinta yang dapat melupakan segalanya, bahkan tujuan awalnya pacaran dengan Raffi.
Melihat itu Nila tak tinggal diam. Saat Vera pulang sekolah diantar oleh Raffi, Nila telah menunggunya di rumah kostnya. Baru saja sampai didalam rumah, Vera ditegur sahabatnya.
“Mana rencana balas dendam mu itu Ver, untuk membalas perbuatan Raffi. Agar emansipasi cinta kaum cewek dapat ditegakkan. Tapi kayaknya kau malah enakan pacaran dengannya.” tegur Nila.
Vera kaget mendengar teguran yang tak terduga itu. Sebenarnya ia tak siap menghadapi semua ini. Namun perasaan itu coba ia sembunyikan.
“Rencana itu baru aku mulai jalanin Nil. Jadi sabar aja,” kilah Vera.
Nila memandang tajam wajah Vera. Ia tahu bahwa Vera menyembunyikan sesuatu darinya.
“Benarkan apa yang aku takutkan Ver. Kau pasti akan jatuh cinta ama Raffi. Jujur aja Ver. Dan kini kau gagal Ver, gagal,” ucap Nila halus.
Kini Vera dihadapkan dua pilihan. Antara memenuhi janjinya dulu yang ingin membela kaumnya atau mengikuti perasaannya yang tak mampu membendung cintanya pada Raffi.
Raffi memang sangat dibencinya, saat teman bahkan sahabatnya diputusin olehnya. Namun rasa benci itu berubah wujud menjadi berwarna-warni. Entah apakah hanya ilusi cinta. Tapi tujuan awalnya bukankah bermakna bagi teman-teman dan sahabatnya. Mungkin juga Raffi. Namun bagaimana dengan perasaannya.
“Hallo sayang. Ada apa?” ucap Raffi di seberang sana.
“Raffi bisa kita ketemu sekarang ditaman sekolah?” tanya Vera lewat Hp.
“Bisa. Tunggu aja sebentar sayang, cuma lima menit kok,” balas Raffi penuh semangat.
Mata Vera sembab persis saat Nila diputusin Raffi. Vera nangis semalaman. Akibat dari pilihan yang ia pilih. Dan ia pikir pantas untuk menangis. Karena air mata adalah beban berat yang harus diteteskan dan dibiarkan pecah berurai.
“Hai sayang…” sapa Raffi.
Lamunan Vera buyar seketika.
“Ada apa sayang kamu nyuruh aku kesini. Kangen ya…ama aku,” rayu Raffi.
“Ada yang perlu aku omongin padamu Raffi,” ucap Vera.
“Ngomongin apa?” tanya Raffi penasaran.
“Kita putus aja Raff, karena hubungan ini tak perlu lagi dijalanin.” ucap Vera.
Mendengar kata-kata itu membuat Raffi down. Ia tak percaya apa yang dikatakan Vera, “Kau bercanda kan Ver!” tanya Raffi memelas.
“Tidak Raff, ini serius. Kita putus titik,” ucap Vera penuh keyakinan.
“Apa aku selama ini membuat kesalahan padamu Ver. Jika ya, berikan aku kesempatan lagi,” ucap Raffi menghiba.
Vera sudah bulat akan keputusannya. Untuk memenuhi janjinya. Meskipun dia harus mengorbankan perasaannya demi sahabat dan kaumnya. Penjajah perasaan itu harus merasakan bagaimana perasaannya dijajah, dihempaskan ke dalam lubang-lubang luka. Seperti yang dirasakan sahabatnya dan kaumnya sebagai mantannya Raffi. Vera beranjak dari tempat itu meninggalkan Raffi sendirian menangis. Terdengar Raffi memanggil namanya. Namun tak sedikitpun Vera mengindahkan. Ia ingin pergi jauh dan menangis, karena ia juga terluka.
Dari seluruh perasaannya tentang cinta, dendam dan ketulusan tak mampu untuk menguatkan dirinya. Hanya satu hal yang mampu menguakannya dan membuat ia rela semua ini terjadi adalah bahwa ia sudah membela.


Title Post: Emansipasi Cinta
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown

Terimakasih sudah berkunjung di blog Sorana Indonesia, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar

Share this article :

0 komentar:

 
Disclaimer | Privacy Policy | Terms Of Services | About Us
Copyright © 2013. Sorana Indonesia - All Rights Reserved

Supported By Galeri Info Unik