Cerita Tragis di Tanah Jawa
Ada seorang wanita yang masih Sekolah setingkat SMA. Dia sering berjalan-jalan di malam hari dan pada malam mingguan seperti biasanya, para remaja SMP dan SMA juga keluarga bersuka ria. Biasanya mereka dengan pacar tetapi pada malam itu sebut saja namanya Irma bersama dengan pacarnya yang bernama Satria berjalan-jalan dan tiba di gang di kota yang biasanya mengerikan dan dijuluki Gang Setan. Irma dan Satria ingin bergegas tapi mereka terpaksa melewati Gang Setan itu. Tiba-tiba dari benak Satria muncul pikiran yang tidak seharusnya muncul. Tiba-tiba Satria memperkosa Irma dan akhirnya Irma pasrah akan apa yang terjadi. Satria mengancam Irma agar tidak mengadukan perbuatannya itu kepada siapapun dan ternyata dua bulan kemudian dia mulai mual-mual dan muntah. Irma takut kalau saja dia hamil di luar nikah. Lalu tiba-tiba setelah pulang dari sekolah dia pingsan. Ayah dan Ibunya membawa Irma ke Puskesmas terdekat, maklum saja Irma adalah orang yang tidak kaya. Setelah diperiksa ternyata Irma mengandung anak dan Ayahnya marah besar. Dan bertanya pada Irma, ”Siapa yang menghamilimu nak, katakan !! katakan !!”. Ayah Irma mengatakan itu dengan sangat marah mukanya merah. Irma menangis dipelukan sang Ibunda tercintanya. Irma akhirnya mengatakan Satria dan akhirnya Ayahnya mencari Satria dan disuruhnya bertanggungjawab. Satria tidak mau dan dengan muka merah dan kekesalan yang sangat mendalam, akhirnya Ayah Irma menampar Satria. Lalu Satria pun ikut bertanggungjawab. Saat itu kandungan Irma sudah mencapai 6 bulan dan pada bulan itu Irma menikah dengan Satria dan mengorbankan Sekolahnya. Akhirnya mereka putus sekolah dengan usia Irma baru 17 Tahun dan Satria 18 Tahun. Sungguh tragis, dua hari setelah pernikahan itu, Satria tewas tertabrak Mobil saat mencari pekerjaan di Luar Kota, ia hendak pergi ke Kota Purwokerto di Kabupaten Banyumas yang difikirnya banyak Lowongan Kerja. Saat tewas, tubuhnya sudah tidak kenali, mukanya penuh darah. Tiga bulan kemudian, Irma melahirkan anaknya dan sungguh mengejutkan, Irma melahirkan anak yang difikir orang tuanya berkondisi sempurna, tetapi ternyata Buah Hati Irma buta. Dengan kesedihan yang mendalam dan ketidakbisaan Keluarga Irma untuk mengobati kebutaan anaknya, Irma akhirnya pasrah menerima cobaan ini.
Setelah beberapa tahun Irma mulai malu tidak bisa bersekolah seperti teman-temannya. Anak Irma itu dinamainya Aisyah. Aisyah itu sejak 5 tahun tidak disekolahkannya di Taman Kanak-Kanak (TK) karena alasan malu karena berbeda dengan anak lainnya. Aisyah serasa dikucilkan dari Masyarakat. Lalu waktu umurnya menginjak 8 Tahun ia mulai mengerti kalau ia Buta dan saat itu kakeknya meninggal dunia dan menyusul neneknya pada saat Aisyah berusia 10 tahun. Irma kewalahan mengurusi Anaknya sendiri. Aisyah lalu akhirnya dibawa ke Tegal untuk bertemu Pamannya, yang tidak lain adalah Kakak dari Irma. Saat naik bus Irma membawa alamatnya dan ditaruhnya di dalam dompetnya, saat itu Irma mengalami kesialan, Bus yang ditumpanginya menabrak Kereta Api dan akhirnya bagian depan dari Bus itu terbakar dan Irma yang saat itu duduk di bagian tengah terkena api. Ia terbakar dan wajahnya terluka parah sementara Aisyah hanya terpercik api sedikit dan di telapak kaki kanannya terpercik api tetapi luka itu luput dari perhatian warga. Irma ditolong dan Anaknya terpisah darinya. Irma mendapat pertolongan medis. Medis menyatakan Irma tidak dapat ditolong lagi. Mukanya sudah luka permanen dan tidak dapat dirubah lagi. Irma sedih dan dia bertanya pada petugas medis, “Mbak, mbak lihat anak kecil disamping saya tadi ya Mbak ?” dan Petugas Medis itu tidak mengetahuinya dan langsung Irma mencari Anak gadis satu-satunya darinya itu. Sementara itu Aisyah yang saat itu berumur 12 Tahun tidak tahu jalan dan bertemu dengan seorang ibu dan membawanya ke Rumahnya. Ibu itu tidak memiliki anak dan kebetulan anak itu tidak bersama siapa-siapa ia membawa ke rumahnya. Ibu itu bernama Siti. Ibu Siti bersuamikan Pak Agus dan Bu Siti ini mandul dan tidak memiliki anak walau sudah hamil 2 kali namun gugur. Bu Siti dan Pak Agus yang membiayai sekolah Aisyah sampai ke SMALB. Sementara itu Irma mencari-cari dimana anaknya itu. Lalu ia melamar pekerjaan di mana-mana, ia dihina-hina namun Irma selalu tabah dan seorang Wanita bernama Mita mengajak Irma kerumahnya dan ia dijadikan pembantu. Mita memiliki anak bernama Dino dan Dino ini sangat nakal. Dino ini mungkin dikategorikan Anak yang aktif dan nakal. Bu Mita dan Suaminya selalu keluar dan Bu Mita selalu menitipkan anaknya namun tidak mau lalu ia dititipkan di tempat penitipan anak. Banyak orang tidak mau Dino ada didekatnya. Dengan bujukan Irma, lama kelamaan Dino mulai menurut kepadanya. Dia menganggap Dino adalah Aisyah anaknya yang pernah hilang saat kecelakaan beberapa tahun lalu. Irma selama beberapa tahun telah merubah sedikit demi sedikit watak Dino yang nakal dan selalu ingin menang sendiri. Dino sekarang sudah Kelas VII SMP. Ia mulai tahu menghargai orang lain itu lebih penting. Saat SD, Dino paling membenci Pelajaran Agama Islam, tetapi setelah SMP ia mulai tertarik mendalami Agama Islam namun pendekatan yang dilakukan Irma berbeda yakni dengan cara memperlihatkan film anak-anak yang bertemakan Islam namun tidak lepas dari animasi anak kecil, kebetulan Irma pernah menjadi Juara I Lomba Praktik Komputer di Sekolahnya. Ia juga menanamkan sifat budi pekerti terhadap Dino. Melihat sikapnya itu, Bu Mita menjadikan Irma sebagai bukan pembantu tetapi teman sekaligus pedoman bagi Bu Mita sendiri. Irma memiliki sifat yang tidak dimiliki orang lain yang mengasuh Dino, yakni Sifat Kesabaran dan Sifat Ketabahan dalam menjalani cobaan. Karena jasanya merubah Dino, Bu Mita bersama Suami menaikan haji Irma. Irma sangat senang dan akan terus mengabdikan dirinya kepada Bapak dan Ibu Dino. Memang untuk mengobati kesedihan kehilangan buah hati sendiri sangat susah, dari itu Irma mencoba melupakan kejadian itu dengan mensibukan kegiatannya. Pada saat naik haji, Irma mengucapkan do’a agar ia mendapatkan kembali anak-anaknya. Saat Dino duduk di kelas X SMA ia mulai melupakan jasa-jasa Irma dalam merubah dirinya menjadi seperti sekarang. Irma mengingatkan agar Dino tidak bergaul dengan wanita lain agar tidak terjadi kejadian yang telah menimpa dirinya, tetapi untuk saja Keluarga Dino kaya raya. Setelah beberapa tahun Dino mulai melawan perintah Ibunya dan Irma. Lalu, Ayah Dino menyembunyikan keterangan bahwa ia sudah di-PHK dari kantornya karena terbukti korupsi. Ayah Dino yakni Pak Candra menyembunyikan tagihan-tagihan yang selalu menjeratnya. Lalu Bank menyita rumah beserta seluruh isi dari rumah Keluarga Dino, akhirnya Keluarga Dino dan Irma pergi dan Irma yang masih ingat dengan petugas medis yang menyelamatkannya memberitahu tas yang pernah hilang darinya. Uang beserta alamat masih lengkap. Irma berterima kasih pada petugas medis itu. Lalu Irma pergi ke Tegal bersama keluarga Dino. Keluarga Dino sangat berterima kasih kepada Irma karena dapat menampungnya. Karena merasa merepotkan, Ayah Dino yakni Pak Candra mencari pekerjaan di kota Tegal itu. Setelah mendapat pekerjaan, Istrinya Bu Mita mencari-cari yayasan sebagai pembatu di yayasan tersebut dan kebetulan ia di yayasan Bu Siti.
Sementara di pihak lain, Bu Siti yang merawat Aisyah dan membesarkannya. Selama masa Sekolah ia selalu dikucilkan karena tidak bisa melihat. Lalu Bu Siti yang tergolong Orang Kaya. Setelah Masuk SMP ia tidak betah, lalu Bu Siti memasukan Aisyah ke SMPLB. Lalu Bu Siti pindah ke Tegal karena Pak Agus (Suami Bu Siti) ada pekerjaan di Kota Tegal. Aisyah juga disekolahkan di situ. Ia tidak dapat merasakan masa-masa remaja. Setelah sampai di SMALB, Bu Siti bingung akan memasukan Aisyah ke Perguruan Tinggi mana yang akan diembannya. Bu Siti adalah Muslimah terkenal di kota Tegal. Karena sangat terkenal, Bu Mita (Ibu Dino) menjadi Pembantu di Yayasan Islam Kota Tegal di Tegal. Dino disekolahkan di Sekolah yang sederhana. Dino tidak terima karena disekolahkan di Sekolah yang sederhana, dan Dino bilang Sekolah itu adalah Sekolah miskin. “Walaupun miskin, Sekolah itu terakreditasi B, Din” kata Irma. Irma walau putus Sekolah namun kecerdasannya itu membikin ia jadi Juara di kelasnya. Karena sekolahnya yang sederhana itu, ia memutuskan untuk putus Sekolah. Irma mengingatkan, “Hidupku dulu hampir sama sepertimu, tapi aku akan pernah menyia-nyiakan hidupku jika tidak karena buah hatiku.” Begitulah kata Irma. Lalu Dino balik bertanya, “Memangnya Bibi pernah punya anak apa ?” lalu Irma menjawab dengan sedih bahwa ia sudah memiliki anak namun hilang saat kecelakaan dan Dino balik bertanya pada Irma, “Sudah sebesar apa anak Bibi ?” dan Irma menjawab bahwa mungkin sudah sebesar Dino karena dia umurnya sama dengan kamu. Dino adalah anak yang baik namun kurang mendapat perhatian kedua orang tuanya makanya Irma mencoba mengubah nasibnya menjadi lebih baik. Sementara itu Aisyah sudah bekerja sebagai Penjahit di tempat menjahit miliknya di depan rumahnya. Aisyah dapat menjahit dengan sangat baik dan bagus bahkan pesanan bajunya sangat banyak. Saat Bu Mita pertama kali bertatap muka dengan Aisyah karena sebelumnya hanya mendengar cerita dari Bu Siti, ia seperti bertatap muka dengan Irma, walau dia buta kecantikannya seperti Irma bergitu yang dirasakan Bu Mita. Lalu Bu Mita bercerita kepada Irma, bahwa ia melihat seorang wanita yang cantik jelita tetapi dia buta lalu Irma penasaran apakah itu anaknya yang hilang dulu, lalu dia meminta Bu Mita mengajaknya untuk bertemu dengan Bu Siti untuk memperkenalkannya dengan Aisyah. Saat itu Irma belum tahu nama Aisyah setelah bertemu Bu Siti, ia pun mendapatkan cerita tentang Aisyah. Pada saat Irma bertanya kepada Bu Siti siapa namanya Bu Siti menjawab dengan nama Aisyah. Lalu Irma semakin yakin bahwa Aisyah adalah anak sebenarnya. Ia bercerita kepada Bu Mita soal kehilangan anak itu. Lalu ia mencari tahu tentang Bu Siti. Lalu dia mendapatkan Bu Siti mandul tapi dia tidak tahu apa setelah melahirkan Atau memanfaatkan kesempatan menemukan anak karena tidak memiliki anak. Beberapa kali ia ke Yayasan Bu Siti, tetapi Aisyah selalu tidak ada, alasan Bu Siti banyak sekali.
Saat Celana dalam dan Celana jins Dino robek, ia pergi ke Tempat Penjahitan Aisyah dan saat bertemu dengan Aisyah, Dino merasa tidak bisa bicara dan dirinya serasa terbang melayang. Dino langsung jatuh cinta kepada Aisyah. Lalu Aisyah menjahit sendiri Celana dalam dan Celana Jins Dino itu sendiri. Lalu Bu Siti mempertemukan Aisyah dengan Irma lalu Irma ternyata terkejut dengan penampilan Aisyah yang sangat muslimah sekali, anggun dan baik hati. Saat bertemu dengan Irma, Aisyah merasa dekat dengan Irma.
Ada seorang wanita yang masih Sekolah setingkat SMA. Dia sering berjalan-jalan di malam hari dan pada malam mingguan seperti biasanya, para remaja SMP dan SMA juga keluarga bersuka ria. Biasanya mereka dengan pacar tetapi pada malam itu sebut saja namanya Irma bersama dengan pacarnya yang bernama Satria berjalan-jalan dan tiba di gang di kota yang biasanya mengerikan dan dijuluki Gang Setan. Irma dan Satria ingin bergegas tapi mereka terpaksa melewati Gang Setan itu. Tiba-tiba dari benak Satria muncul pikiran yang tidak seharusnya muncul. Tiba-tiba Satria memperkosa Irma dan akhirnya Irma pasrah akan apa yang terjadi. Satria mengancam Irma agar tidak mengadukan perbuatannya itu kepada siapapun dan ternyata dua bulan kemudian dia mulai mual-mual dan muntah. Irma takut kalau saja dia hamil di luar nikah. Lalu tiba-tiba setelah pulang dari sekolah dia pingsan. Ayah dan Ibunya membawa Irma ke Puskesmas terdekat, maklum saja Irma adalah orang yang tidak kaya. Setelah diperiksa ternyata Irma mengandung anak dan Ayahnya marah besar. Dan bertanya pada Irma, ”Siapa yang menghamilimu nak, katakan !! katakan !!”. Ayah Irma mengatakan itu dengan sangat marah mukanya merah. Irma menangis dipelukan sang Ibunda tercintanya. Irma akhirnya mengatakan Satria dan akhirnya Ayahnya mencari Satria dan disuruhnya bertanggungjawab. Satria tidak mau dan dengan muka merah dan kekesalan yang sangat mendalam, akhirnya Ayah Irma menampar Satria. Lalu Satria pun ikut bertanggungjawab. Saat itu kandungan Irma sudah mencapai 6 bulan dan pada bulan itu Irma menikah dengan Satria dan mengorbankan Sekolahnya. Akhirnya mereka putus sekolah dengan usia Irma baru 17 Tahun dan Satria 18 Tahun. Sungguh tragis, dua hari setelah pernikahan itu, Satria tewas tertabrak Mobil saat mencari pekerjaan di Luar Kota, ia hendak pergi ke Kota Purwokerto di Kabupaten Banyumas yang difikirnya banyak Lowongan Kerja. Saat tewas, tubuhnya sudah tidak kenali, mukanya penuh darah. Tiga bulan kemudian, Irma melahirkan anaknya dan sungguh mengejutkan, Irma melahirkan anak yang difikir orang tuanya berkondisi sempurna, tetapi ternyata Buah Hati Irma buta. Dengan kesedihan yang mendalam dan ketidakbisaan Keluarga Irma untuk mengobati kebutaan anaknya, Irma akhirnya pasrah menerima cobaan ini.
Setelah beberapa tahun Irma mulai malu tidak bisa bersekolah seperti teman-temannya. Anak Irma itu dinamainya Aisyah. Aisyah itu sejak 5 tahun tidak disekolahkannya di Taman Kanak-Kanak (TK) karena alasan malu karena berbeda dengan anak lainnya. Aisyah serasa dikucilkan dari Masyarakat. Lalu waktu umurnya menginjak 8 Tahun ia mulai mengerti kalau ia Buta dan saat itu kakeknya meninggal dunia dan menyusul neneknya pada saat Aisyah berusia 10 tahun. Irma kewalahan mengurusi Anaknya sendiri. Aisyah lalu akhirnya dibawa ke Tegal untuk bertemu Pamannya, yang tidak lain adalah Kakak dari Irma. Saat naik bus Irma membawa alamatnya dan ditaruhnya di dalam dompetnya, saat itu Irma mengalami kesialan, Bus yang ditumpanginya menabrak Kereta Api dan akhirnya bagian depan dari Bus itu terbakar dan Irma yang saat itu duduk di bagian tengah terkena api. Ia terbakar dan wajahnya terluka parah sementara Aisyah hanya terpercik api sedikit dan di telapak kaki kanannya terpercik api tetapi luka itu luput dari perhatian warga. Irma ditolong dan Anaknya terpisah darinya. Irma mendapat pertolongan medis. Medis menyatakan Irma tidak dapat ditolong lagi. Mukanya sudah luka permanen dan tidak dapat dirubah lagi. Irma sedih dan dia bertanya pada petugas medis, “Mbak, mbak lihat anak kecil disamping saya tadi ya Mbak ?” dan Petugas Medis itu tidak mengetahuinya dan langsung Irma mencari Anak gadis satu-satunya darinya itu. Sementara itu Aisyah yang saat itu berumur 12 Tahun tidak tahu jalan dan bertemu dengan seorang ibu dan membawanya ke Rumahnya. Ibu itu tidak memiliki anak dan kebetulan anak itu tidak bersama siapa-siapa ia membawa ke rumahnya. Ibu itu bernama Siti. Ibu Siti bersuamikan Pak Agus dan Bu Siti ini mandul dan tidak memiliki anak walau sudah hamil 2 kali namun gugur. Bu Siti dan Pak Agus yang membiayai sekolah Aisyah sampai ke SMALB. Sementara itu Irma mencari-cari dimana anaknya itu. Lalu ia melamar pekerjaan di mana-mana, ia dihina-hina namun Irma selalu tabah dan seorang Wanita bernama Mita mengajak Irma kerumahnya dan ia dijadikan pembantu. Mita memiliki anak bernama Dino dan Dino ini sangat nakal. Dino ini mungkin dikategorikan Anak yang aktif dan nakal. Bu Mita dan Suaminya selalu keluar dan Bu Mita selalu menitipkan anaknya namun tidak mau lalu ia dititipkan di tempat penitipan anak. Banyak orang tidak mau Dino ada didekatnya. Dengan bujukan Irma, lama kelamaan Dino mulai menurut kepadanya. Dia menganggap Dino adalah Aisyah anaknya yang pernah hilang saat kecelakaan beberapa tahun lalu. Irma selama beberapa tahun telah merubah sedikit demi sedikit watak Dino yang nakal dan selalu ingin menang sendiri. Dino sekarang sudah Kelas VII SMP. Ia mulai tahu menghargai orang lain itu lebih penting. Saat SD, Dino paling membenci Pelajaran Agama Islam, tetapi setelah SMP ia mulai tertarik mendalami Agama Islam namun pendekatan yang dilakukan Irma berbeda yakni dengan cara memperlihatkan film anak-anak yang bertemakan Islam namun tidak lepas dari animasi anak kecil, kebetulan Irma pernah menjadi Juara I Lomba Praktik Komputer di Sekolahnya. Ia juga menanamkan sifat budi pekerti terhadap Dino. Melihat sikapnya itu, Bu Mita menjadikan Irma sebagai bukan pembantu tetapi teman sekaligus pedoman bagi Bu Mita sendiri. Irma memiliki sifat yang tidak dimiliki orang lain yang mengasuh Dino, yakni Sifat Kesabaran dan Sifat Ketabahan dalam menjalani cobaan. Karena jasanya merubah Dino, Bu Mita bersama Suami menaikan haji Irma. Irma sangat senang dan akan terus mengabdikan dirinya kepada Bapak dan Ibu Dino. Memang untuk mengobati kesedihan kehilangan buah hati sendiri sangat susah, dari itu Irma mencoba melupakan kejadian itu dengan mensibukan kegiatannya. Pada saat naik haji, Irma mengucapkan do’a agar ia mendapatkan kembali anak-anaknya. Saat Dino duduk di kelas X SMA ia mulai melupakan jasa-jasa Irma dalam merubah dirinya menjadi seperti sekarang. Irma mengingatkan agar Dino tidak bergaul dengan wanita lain agar tidak terjadi kejadian yang telah menimpa dirinya, tetapi untuk saja Keluarga Dino kaya raya. Setelah beberapa tahun Dino mulai melawan perintah Ibunya dan Irma. Lalu, Ayah Dino menyembunyikan keterangan bahwa ia sudah di-PHK dari kantornya karena terbukti korupsi. Ayah Dino yakni Pak Candra menyembunyikan tagihan-tagihan yang selalu menjeratnya. Lalu Bank menyita rumah beserta seluruh isi dari rumah Keluarga Dino, akhirnya Keluarga Dino dan Irma pergi dan Irma yang masih ingat dengan petugas medis yang menyelamatkannya memberitahu tas yang pernah hilang darinya. Uang beserta alamat masih lengkap. Irma berterima kasih pada petugas medis itu. Lalu Irma pergi ke Tegal bersama keluarga Dino. Keluarga Dino sangat berterima kasih kepada Irma karena dapat menampungnya. Karena merasa merepotkan, Ayah Dino yakni Pak Candra mencari pekerjaan di kota Tegal itu. Setelah mendapat pekerjaan, Istrinya Bu Mita mencari-cari yayasan sebagai pembatu di yayasan tersebut dan kebetulan ia di yayasan Bu Siti.
Sementara di pihak lain, Bu Siti yang merawat Aisyah dan membesarkannya. Selama masa Sekolah ia selalu dikucilkan karena tidak bisa melihat. Lalu Bu Siti yang tergolong Orang Kaya. Setelah Masuk SMP ia tidak betah, lalu Bu Siti memasukan Aisyah ke SMPLB. Lalu Bu Siti pindah ke Tegal karena Pak Agus (Suami Bu Siti) ada pekerjaan di Kota Tegal. Aisyah juga disekolahkan di situ. Ia tidak dapat merasakan masa-masa remaja. Setelah sampai di SMALB, Bu Siti bingung akan memasukan Aisyah ke Perguruan Tinggi mana yang akan diembannya. Bu Siti adalah Muslimah terkenal di kota Tegal. Karena sangat terkenal, Bu Mita (Ibu Dino) menjadi Pembantu di Yayasan Islam Kota Tegal di Tegal. Dino disekolahkan di Sekolah yang sederhana. Dino tidak terima karena disekolahkan di Sekolah yang sederhana, dan Dino bilang Sekolah itu adalah Sekolah miskin. “Walaupun miskin, Sekolah itu terakreditasi B, Din” kata Irma. Irma walau putus Sekolah namun kecerdasannya itu membikin ia jadi Juara di kelasnya. Karena sekolahnya yang sederhana itu, ia memutuskan untuk putus Sekolah. Irma mengingatkan, “Hidupku dulu hampir sama sepertimu, tapi aku akan pernah menyia-nyiakan hidupku jika tidak karena buah hatiku.” Begitulah kata Irma. Lalu Dino balik bertanya, “Memangnya Bibi pernah punya anak apa ?” lalu Irma menjawab dengan sedih bahwa ia sudah memiliki anak namun hilang saat kecelakaan dan Dino balik bertanya pada Irma, “Sudah sebesar apa anak Bibi ?” dan Irma menjawab bahwa mungkin sudah sebesar Dino karena dia umurnya sama dengan kamu. Dino adalah anak yang baik namun kurang mendapat perhatian kedua orang tuanya makanya Irma mencoba mengubah nasibnya menjadi lebih baik. Sementara itu Aisyah sudah bekerja sebagai Penjahit di tempat menjahit miliknya di depan rumahnya. Aisyah dapat menjahit dengan sangat baik dan bagus bahkan pesanan bajunya sangat banyak. Saat Bu Mita pertama kali bertatap muka dengan Aisyah karena sebelumnya hanya mendengar cerita dari Bu Siti, ia seperti bertatap muka dengan Irma, walau dia buta kecantikannya seperti Irma bergitu yang dirasakan Bu Mita. Lalu Bu Mita bercerita kepada Irma, bahwa ia melihat seorang wanita yang cantik jelita tetapi dia buta lalu Irma penasaran apakah itu anaknya yang hilang dulu, lalu dia meminta Bu Mita mengajaknya untuk bertemu dengan Bu Siti untuk memperkenalkannya dengan Aisyah. Saat itu Irma belum tahu nama Aisyah setelah bertemu Bu Siti, ia pun mendapatkan cerita tentang Aisyah. Pada saat Irma bertanya kepada Bu Siti siapa namanya Bu Siti menjawab dengan nama Aisyah. Lalu Irma semakin yakin bahwa Aisyah adalah anak sebenarnya. Ia bercerita kepada Bu Mita soal kehilangan anak itu. Lalu ia mencari tahu tentang Bu Siti. Lalu dia mendapatkan Bu Siti mandul tapi dia tidak tahu apa setelah melahirkan Atau memanfaatkan kesempatan menemukan anak karena tidak memiliki anak. Beberapa kali ia ke Yayasan Bu Siti, tetapi Aisyah selalu tidak ada, alasan Bu Siti banyak sekali.
Saat Celana dalam dan Celana jins Dino robek, ia pergi ke Tempat Penjahitan Aisyah dan saat bertemu dengan Aisyah, Dino merasa tidak bisa bicara dan dirinya serasa terbang melayang. Dino langsung jatuh cinta kepada Aisyah. Lalu Aisyah menjahit sendiri Celana dalam dan Celana Jins Dino itu sendiri. Lalu Bu Siti mempertemukan Aisyah dengan Irma lalu Irma ternyata terkejut dengan penampilan Aisyah yang sangat muslimah sekali, anggun dan baik hati. Saat bertemu dengan Irma, Aisyah merasa dekat dengan Irma.
Title Post: Cerita Tragis di Tanah Jawa
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog Sorana Indonesia, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog Sorana Indonesia, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
0 komentar:
Posting Komentar