Brownies
Brownies, awalnya kue ini adalah kue yang dianggap gagal pembuatannya. Asal muasal Brownies yang dibilang kue khas Amerika ini, ada beberapa versi. Misalnya saja, yang paling popular adalah penciptaannya, tahun 1979 atas ide cemerlang tidak sengaja Mildred Schrumpf dosen home economics di Maine, yang saat berdemonstrasi masak kue cokelat di depan murid-muridnya lupa memasukan baking powder. Terang saja kuenya jadi ‘bantet’ tidak mengembang. Dengan berkelit ia berkata kue cokelat buatannya dinamai “Brownies”.
Padahal ada versi awal, yang karena situasi zaman dari itu maka tidak didokumentasikan, yaitu versi tahun 1893, chef dari Palmer House Hotel di Chicago, yang membuat Brownies khusus untuk tamu-tamu World’s Fair. Baru bukti Brownies secara resmi, dipublikasikan sebagai resep tahun 1906 di buku “Boston Cooking School Cook Book”.
Didalam Brownies ada bahan khusus yang harus ada dalam Brownies, tapi masih rahasia sebut saja Ini. Memang, kalau membuat Brownies lezat, harus ada bahan Ini. Bukan, bahan Ini bukan tepung, gula, cokelat, mentega atau telur. Karena kalau bahan Ini tepung bukankah setelah itu kue dioven, jadi, dan dimakan.BahanIniakan lenyap begitu saja di dalam perut? Sedang ini adalah bahan abadi, bisa berpindah-pindah tempat dan tidak bisa dimusnahkan, walau dalam setiap pembuatan Brownies bahan ini disertakan.
Ini pagi yang cerah. Telur ayam negeri biasanya sudah ada di mangkuk alumunium, bersama tepung terigu, cokelat bubuk, mentega dan telur. Adonan sempurna, diaduk terus dengan kecepatan dan kekuatan yang pas. Dapur mungil yang bersih, dengan jajaran loyang, dan oven panas yang siap menunggu.
Keringat menetes. Sesekali ia melirik ke sebuah foto kusam, seorang perempuan yang cantik dan anggun, itu ibunya. Terdengar suara “Ting!”. Bahan ini juga ada dalam Brownies yang keluar dengan sempurna.
Akhirnya aku masuk ke dalam oven lagi. ”Kriing!” Laki-laki yang menghadirkan bahan itu tadi mengangkat telepon selularnya. Laki-laki itu memberisalamdan mengabarkan bahwa kue Brownies yang dibuatnya sudah selesai.
Ia mengaduk lagi adonan yang lain. Ia membuat bahan ini bercampur dalam Brownies itu. Laki-laki itu biasa dipanggil Are.
Disisi lain, seorang perempuan cantik membuka kotak kecil berisi Brownies dari Singapura yang pasti rasanya berbeda.
Ditutupnya kotak itu dengan senyumnya, kini diperhatikan jarimaniskirinya. Diputar-putar cincin platinum berlian yang melingkar disana. Brownies dan jari tadi adalahMilikMel.
Meladalah perempuan masa kini. Ia seorang CreativeDirectorsebuahperusahaan agen iklan internasional yang bercabangdi Jakarta. Kariernya sedang menanjak dan ia baru kembali dari Singapura. Duduk di sebelah Mel ada seorang Bapak Cina, mestinya bos dari perusahaan karena gayanya yang seperti orang kantoran. Mel sendiri asyik memandangi fotonya dan sang tunangan, namanya Joe.
Joe, pria ini yang membuatnya mengatakan, “Ya.” Bagaimana tidak? Dari segi fisik Joe sudah melewati apa yang diharapkan dari Mel.
Dari segi kebaikan, Mel masih merenung. Yang penting, Joe mencintainya. Memang bukan salah Joe jika perempuan berhinggapan ke pundak tunangannya itu.
Tanpa sadar Mel bergumam. Kerinduan selama beberapa hari itu terasa hilang. Ingin rasanya ia lari ke Joe, menciumnya dan hilang segala lelah.
Mel tersedak dan menengok. Dengan malu-malu ia tersenyum dan mengangguk. Bapak botak itu pasti memperhatikan tingkahnya, melihatnya memain-mainkan jari manis dengan cincin berlian itu, dan memandang fotonya dengan Joe seperti tatapan bahagia.
Bapak Botak tadi menyebut Mel adalah orang cantik dan Mel merasa bingung lalu Bapak botak tadi memikir pasti setiap Orang Cina Singapura memanggil Mel “Ah Nia”, yang artinya “Si Cantik.” Mel berterima kasih.
Kemudian Mel tersendak mengetahui bahwa Bapak itu mengetahui namanya Amelia. Lalu Bapak itu bisa mengatakan Amelia dari sebuah rubrik di majalah yang dipegang Mel. Judulnya “Dunia Image bergantung pada Creative Director Handal.” Fotonya terpampang besar-besar di sana. Mel menutup mukanya yang semu dadu. Mel berterima kasih dan mengharapkan impiannya terwujud
Bapak tadi berkata bahwa apa yang sudah indah, tidak perlu dicairkan dengan air. Artinya yang terlihat semua di luar, tidak perlu lah ditambah-tambah.
Mel mengangguk-angguk. Ya, benar kata Bapak itu, apa yang terlihat indah semuanya dari luar, mestinya juga indah di dalam. Mel berseri-seri seiring mentari pagi ini.
Bapak tadi bercerita pada Mel bahwa belau punya anak perempuan di Shanghai. Perempuan satu-satunya. Ia memiliki pasangan yang baik. Mereka baru saja menikah dan kini sedang berbulan madu di Hawaii.
Mel makin merekahkan senyumnya dan mengucapkan selamat pada Putri Belau yang baru saja menikah. Bapak tadi menyerahkan kartu nama pada Mel dan ia melirik sedikit dan ternyata nama Bapak tadi adalah Mr. Lee Chiang.
Setelah lama bercanda dan tertawa bersama Mr. Lee Chiang, Mel memegang erat fotonya dan Joe dan ia semakin yakin bahwa jodoh didepan matanya.
Lalu Pesawat yang ditumpangi Mel mendarat dengan mulus, Mel turun dari pesawat. Mel menjabat tangan Mr. Lee Chiang, lalu melambai cepat, karena Mel setengah berlari menuju Conveyor belt, mengambil kopernya.
Di sisi lain Jakarta, perempuan lain mengangkat telepon selularnya. Gaya yang berbeda, Mel si perempuan kosmopolitan sedang Didi si perempuan etnik pemilik butik. Didi menanyakan pada Mel bahwa ia melihat Mel di majalah bisnis dan ia mengucapkan selamat pada Mel.
Hari ini adalah Hati Ulang Tahunnya Joe, Jadi Mel tidak memberitahu Joe bahwa hari ini dia akan datang. Didi menyebutkan Miss Surprise. Di Singapore, Mel membeli belanjaan yang banyak dan ia juga beli buat Didi.
Didi juga menanyakan banyak pada Mel, antara lain bisnisnya di Singapura yang sukses, Ia juga mendapatkan resep kue Brownies dari Singapore.
Lalu Mel memberi kejutan pada Joe dengan hadiah Browniesnya dari Singapura. Mel membayangkan Joe, tunangan tersayang, apakah Joe nanti akan memeluknya, menciumnya terkejut sampai mereka berdansa romantis di restoran. Ia membayangkan tahun depan akan bersanding dengan Joe di pelaminan.
Mel berlari ke Apartemen Joe dan setelah sampai di Lobby apartemen ada seorang asisten sutradara melihatnya dan menyangka Mel adalah pemain baru. Mel tak sabar menemui Joe dan angka demi angka di lift seperti berjalan jauh lebih lambat dari biasanya. Di depan kamar Joe. Mel memandangi dirinya. Baru pulang dari Singapura. Memang kurang maksimal, lalu Mel mengeluarkan minyak wangi dan menyemprot belakang kedua telinganya, tempat favorit Joe menciumi dirinya. Ia juga merapikan ramput dan bajunya.
Saat masuk Mel melihat ruangan di apartemen itu berantakan, Ia mengira bahwa kamar seorang laki-laki pasti berantakan. Lalu ia mendengar suara tertawa dari Kamar mandi. Gemericik air sudah ada di depan kamar mandi dan ada celana dalam laki-laki dan perempuan. Sebelumnya ia mengira itu adalah Perampok, tapi lalu ia marah.
Di dalam kamar mandi, Joe ada bersama sesosok perempuan telanjang di dalam bathtub. Mel berteriak. Ia lalu berlari keluar. Sambil mengambil kimono, Joe mengejar Mel. Lalu perempuan ’pencuri’ itu malah menyuruh Joe untuk tetap bersamanya.
Mel lalu berlari ke depan lift dan beberapa kali ia memencet tombol lift sambil menangis. Lalu Joe datang dan Mel langsung pergi dengan tangga darurat. Lalu kado berisi Brownies tersebut dijatuhkan oleh Mel dan Joe pun mengambilnya dan tetap mengejar Mel.
Di area syuting sinetron, tiba-tiba 2 orang berlari. Perempuan berpakaian lengkap dan pria dengan kimono setengah terbuka dan tubuh yang basah. Jelas, mereka adalah Mel dan Joe. Joe berhasil menangkap Mel dan mereka berdiri tepat di depan kamera. Semua kru sinetron terpana. Bisa jadi ini adegan tambahan yang harus terlaksana.
Lalu mereka berdua saling bertengkar dan saat mereka tahu sedang disorot kamera maka Mel dan Joe langsung pergi sendiri, Joe ke apartemennya dan Mel pergi dengan sejuta kegalauan. Di tempat lain, Are pemilik kios buku bergumam membaca sebuah buku berjudul karya Kahlil Gibran. Mel lalu menangis tiada henti.
Di tempat Mel, Mama Mel ikut bersedih mendengar berita dari Didi bahwa Joe telah melakukan hal tersebut pada Mel lalu Mama Mel membuatkan masakan kesukaan Mel. Lalu saat Mel ke dapur Mama Mel pergi, dikiranya Mel akan makan masakannya tanpa terganggu. Namun Mel malah membuat Brownies dari resep yang didapat saat di Singapura.
Saat membuat Brownies ia sering menghina Joe, memakinya dan serasa ingin membunuhnya. Saat Browniesnya jadi, Mel mencicipnya tetapi rasanya menjadi pahit dan lalu ia menghina Joe yang dikatanya keparat. Saat ada rapat di Kantornya, Mel masih memikirkan bayangannya dengan Joe.
Saat melihat kertasnya selalu di tengah kata ada kata Joe. Lalu Pak Donny, atasan Mel menawarkan liburan pada Mel dan ia menolaknya. Mel selalu melamun membayangkan kejahatan Joe pada dirinya.
Lalu ia mengambil kamera yang ia beli bersama Joe di Bali, Ia melihat jendela kamar Joe dari luar pintu gerbang. Tak ada tanda kehidupan. Seperti sebelumnya tetapi siapa tahu ada kejadian heboh dan perselingkuhan lagi.
Mel ingin melihat Joe di Jendela tapi tak bisa karena nun tinggi di sana. Lalu Mobil Mel masuk ke apartemen Joe, disambut satpam yang semestinya mengenal betul wajahnya yang sering mampir ke apartemen Joe sebagai tunangannya. Mel memastikan ia memakai jaket dan topi serta kacamata hitam.
Mel memarkirkan mobilnya di pelataran terbuka. Lalu kameranya menjadi keker dan meneropongnya bisa jelas dan seperti lebih dekat. Lalu ia tak melihat Joe dan lalu ia menuju ke lift dekat apartemen Joe dan ia pun melihat Joe. Lalu Joe pergi dan Mel menyusulnya. Joe terbukti suka menciumi pipi perempuan-perempuan. Lalu Mel pulang dengan dongkol. Ia Masak Brownies dengan dongkol. Mama Mel geleng-geleng dan sudah berapa butir ia menghabiskan telur hanya untuk Brownies yang tak terasa.
Keesokan harinya Joe berenang bersama wanita-wanita dan menciuminya. Lalu Joe lompat dari papan lompat dan menciumi wanita-wanita tadi. Mel muak dan menyemburkan jus yang berada di mulutnya.
Mel tertidur di dalam mobil sambil mengintai Joe. Didi belum bisa melumerkan hati Mel, tetapi Mel mempunyai misi penting memaniskan kue Brownies itu. Lalu Didi menasehati Mel dan Didi pun mulai mengerti. Waktu Didi putus dengan Lilo, Mel lah yang menasehati Didi sehingga mereka tak jadi putus, bahkan akan segera menikah.
Untuk menghilangkan pikiran Joe dari Mel, Didi pun mengajak Mel untuk mempersiapkan pernikahan Didi dan Lilo.
Saat perkawinan Lilo dan Didi dilaksanakan, Mel masih membayangkan jika yang duduk di pelaminan itu adalah dirinya dan Joe. Tetapi Saat Resepsi sorenya, Didi kelihatan cantik dan Lilo sangat serasi dengan Didi. Dilain sisi, Mel merasa cemas dan ia lalu masuk ke kamar mandi membasuh wajahnya yang masih ber mack up.
Setelah keluar dari itu, Didi menarik Mel untuk bersalaman dengan Tamu. Dalam hati Mel membayangkan jika dirinya bersanding dengan Joe memakai pakaian anggun dan cantik bersama Joe yang tampan.
Tapi, kejadian yang tidak diinginkan terjadi, Mel bertemu dengan Joe. Joe kelihatan tampan dengan pakaian kemeja putih berbalut jas hitam, tinggi, dan dengan tatanan wajah yang menarik. Saat itu, Didi bicara pada Lilo bahwa berani sekali seorang Joe yang telah diketahui kelakukannya suka mempermainkan wanita.
Tetapi tidak disangka, Joe menggandeng wanita bernama Astrid dan dikerumuni oleh para wartawan yang semula melihat Didi dan Lilo berpaling ke Joe dan Astrid. Lalu ia mengucapkan selamat pada Didi dan Lilo. Saat ada di depan Mel, ia gugup sekali. Ia memperkenalkan Astrid pada Mel dan ia berusaha untuk tetap tersenyum.
Mel meminta pergi ke Didi namun ditolak tetapi karena sudah tak tahan lagi, Mel pun pergi dengan rasa sedih berbaur kemarahan.
Setelah sampai di rumah, Mel berteriak keras sekali dan mengobrak-abrik kamarnya dan semua pigura berisi foto-fotonya bersama Joe. Mel histeris. Mama Mel mengetuk pintu kamar Mel tapi ia tidak memperdulikan bahkan ia berteriak histeris seperti orang kesurupan.
Berhari-hari kemudian, Mel dibujuk Ibunya dan berhasil. Untuk melupakan Joe, Didi mencoba mencari pengganti Joe untuk Mel. Tanpa disadari suatu hari seorang Lelaki pembuat Brownies yang bernama Are itu menelpon Mel dan setelah berhari-hari saling bertelephon mereka mulai merasakan virus-virus cinta masuk ke diri Mel dan Are.
Setelah itu Are mulai mengajari Mel cara membuat masakan yang enak. Bahan dasar yang dibicarakan diatas adalah tetesan cairan sang pembuat Brownies. Wujudnya cair berupa keringat dan air mata, namun keringat itu adalah keringat peluh kerja keras yang diwujudkan atas nama cinta. Serta air mata yang mengalir karena rasa cinta yang dalam.
Hari-hari berikutnya hubungan mereka berdua makin mesra, Mel makin menyayangi Are, Mel butuh Are dan Mel takut kehilangan Are. Kalimat itulah yang selalu diucapkan Mel pada Are.
Mereka berdua membuat Kue di Toko kue Are. Setelah jadi, Are mengambil kue brownies di tangan kanan Mel dan pelan-pelan menggigitnya. Keduanya saling bertatapan lama. Kepala mereka mendekat perlahan. Bibir mereka seperti magnet cinta, ingin saling bersentuhan dan melumat.
Astaga! Ia merasakannya malam itu.
Seperti mimpi-mimpi seorang pria mendekati, besar rupawan tapi tidak dikenali. Tangan pria itu menjulur, menyentuh pipi. Tubuh Mel tergetari, jiwa Mel menari-nari. Berkali-kali mimpi yang sama, seakan-akan pria itu diciptakan untuk menemani. Seakan-akan cinta bersemi, dan kali ini bukan sekedar mimpi. Are adalah si pria yang dijumpainya dalam mimpi…
Bibir Mel nyaris menyentuh bibir Are. Tapi, tatapan dan ciuman yang hampir dilakukan mereka itu ternyata terjadi. Malah Mel mengatakan pada Are bahwa ia udah mau makan Brownies lagi. Are tercekat dan berkata ya. Ia mengambil Brownies dan menggigitnya!
Lalu Mel menganggap Brownies buatannya tidak disukai oleh Are, namun Ia pun ngambek. Are mencoba Mel untuk tidak selalu berpikir negatif duluan.
Hahaha! Keduanya berdebat, saling beradu mulut. Tapi keduanya bergandengan tangan. Bersama. Serasa.
Mel melirik Are dengan tatapan manisnya dan bertanya mau kemana. Are menjawab Mengungkapkan rasa. Jelas saja jantung Mel berdetak kencang apalagi tempatnya di rumah Are. Mel mulai berpikir Negatif, ternyata Are hanya menggodanya. Mereka pergi ke Rumah Are untuk memasak Brownies.
Rembulan semakin terang, hatiku benderang. Rasa mereka tak terbilang, berpijar-pijar lebih dari kunang-kunang. Tiada lagi kelam yang kan terulang, Karena kini hati telah berpulang, pada tempat asal yang harusnya berdiam tenang. Yuk, mari kita bersulang!
Bahan dasar satu ini memang tidak pernah lelah dan tidak pernah sendiri. Bahan ini selalu mempunyai misi. Kini waktunya bahan dasar untuk membelah diri lagi, mencari-cari si pembuat Brownies lagi. Menciptakan rasa baru dan tetap abadi…
Brownies, awalnya kue ini adalah kue yang dianggap gagal pembuatannya. Asal muasal Brownies yang dibilang kue khas Amerika ini, ada beberapa versi. Misalnya saja, yang paling popular adalah penciptaannya, tahun 1979 atas ide cemerlang tidak sengaja Mildred Schrumpf dosen home economics di Maine, yang saat berdemonstrasi masak kue cokelat di depan murid-muridnya lupa memasukan baking powder. Terang saja kuenya jadi ‘bantet’ tidak mengembang. Dengan berkelit ia berkata kue cokelat buatannya dinamai “Brownies”.
Padahal ada versi awal, yang karena situasi zaman dari itu maka tidak didokumentasikan, yaitu versi tahun 1893, chef dari Palmer House Hotel di Chicago, yang membuat Brownies khusus untuk tamu-tamu World’s Fair. Baru bukti Brownies secara resmi, dipublikasikan sebagai resep tahun 1906 di buku “Boston Cooking School Cook Book”.
Didalam Brownies ada bahan khusus yang harus ada dalam Brownies, tapi masih rahasia sebut saja Ini. Memang, kalau membuat Brownies lezat, harus ada bahan Ini. Bukan, bahan Ini bukan tepung, gula, cokelat, mentega atau telur. Karena kalau bahan Ini tepung bukankah setelah itu kue dioven, jadi, dan dimakan.BahanIniakan lenyap begitu saja di dalam perut? Sedang ini adalah bahan abadi, bisa berpindah-pindah tempat dan tidak bisa dimusnahkan, walau dalam setiap pembuatan Brownies bahan ini disertakan.
Ini pagi yang cerah. Telur ayam negeri biasanya sudah ada di mangkuk alumunium, bersama tepung terigu, cokelat bubuk, mentega dan telur. Adonan sempurna, diaduk terus dengan kecepatan dan kekuatan yang pas. Dapur mungil yang bersih, dengan jajaran loyang, dan oven panas yang siap menunggu.
Keringat menetes. Sesekali ia melirik ke sebuah foto kusam, seorang perempuan yang cantik dan anggun, itu ibunya. Terdengar suara “Ting!”. Bahan ini juga ada dalam Brownies yang keluar dengan sempurna.
Akhirnya aku masuk ke dalam oven lagi. ”Kriing!” Laki-laki yang menghadirkan bahan itu tadi mengangkat telepon selularnya. Laki-laki itu memberisalamdan mengabarkan bahwa kue Brownies yang dibuatnya sudah selesai.
Ia mengaduk lagi adonan yang lain. Ia membuat bahan ini bercampur dalam Brownies itu. Laki-laki itu biasa dipanggil Are.
Disisi lain, seorang perempuan cantik membuka kotak kecil berisi Brownies dari Singapura yang pasti rasanya berbeda.
Ditutupnya kotak itu dengan senyumnya, kini diperhatikan jarimaniskirinya. Diputar-putar cincin platinum berlian yang melingkar disana. Brownies dan jari tadi adalahMilikMel.
Meladalah perempuan masa kini. Ia seorang CreativeDirectorsebuahperusahaan agen iklan internasional yang bercabangdi Jakarta. Kariernya sedang menanjak dan ia baru kembali dari Singapura. Duduk di sebelah Mel ada seorang Bapak Cina, mestinya bos dari perusahaan karena gayanya yang seperti orang kantoran. Mel sendiri asyik memandangi fotonya dan sang tunangan, namanya Joe.
Joe, pria ini yang membuatnya mengatakan, “Ya.” Bagaimana tidak? Dari segi fisik Joe sudah melewati apa yang diharapkan dari Mel.
Dari segi kebaikan, Mel masih merenung. Yang penting, Joe mencintainya. Memang bukan salah Joe jika perempuan berhinggapan ke pundak tunangannya itu.
Tanpa sadar Mel bergumam. Kerinduan selama beberapa hari itu terasa hilang. Ingin rasanya ia lari ke Joe, menciumnya dan hilang segala lelah.
Mel tersedak dan menengok. Dengan malu-malu ia tersenyum dan mengangguk. Bapak botak itu pasti memperhatikan tingkahnya, melihatnya memain-mainkan jari manis dengan cincin berlian itu, dan memandang fotonya dengan Joe seperti tatapan bahagia.
Bapak Botak tadi menyebut Mel adalah orang cantik dan Mel merasa bingung lalu Bapak botak tadi memikir pasti setiap Orang Cina Singapura memanggil Mel “Ah Nia”, yang artinya “Si Cantik.” Mel berterima kasih.
Kemudian Mel tersendak mengetahui bahwa Bapak itu mengetahui namanya Amelia. Lalu Bapak itu bisa mengatakan Amelia dari sebuah rubrik di majalah yang dipegang Mel. Judulnya “Dunia Image bergantung pada Creative Director Handal.” Fotonya terpampang besar-besar di sana. Mel menutup mukanya yang semu dadu. Mel berterima kasih dan mengharapkan impiannya terwujud
Bapak tadi berkata bahwa apa yang sudah indah, tidak perlu dicairkan dengan air. Artinya yang terlihat semua di luar, tidak perlu lah ditambah-tambah.
Mel mengangguk-angguk. Ya, benar kata Bapak itu, apa yang terlihat indah semuanya dari luar, mestinya juga indah di dalam. Mel berseri-seri seiring mentari pagi ini.
Bapak tadi bercerita pada Mel bahwa belau punya anak perempuan di Shanghai. Perempuan satu-satunya. Ia memiliki pasangan yang baik. Mereka baru saja menikah dan kini sedang berbulan madu di Hawaii.
Mel makin merekahkan senyumnya dan mengucapkan selamat pada Putri Belau yang baru saja menikah. Bapak tadi menyerahkan kartu nama pada Mel dan ia melirik sedikit dan ternyata nama Bapak tadi adalah Mr. Lee Chiang.
Setelah lama bercanda dan tertawa bersama Mr. Lee Chiang, Mel memegang erat fotonya dan Joe dan ia semakin yakin bahwa jodoh didepan matanya.
Lalu Pesawat yang ditumpangi Mel mendarat dengan mulus, Mel turun dari pesawat. Mel menjabat tangan Mr. Lee Chiang, lalu melambai cepat, karena Mel setengah berlari menuju Conveyor belt, mengambil kopernya.
Di sisi lain Jakarta, perempuan lain mengangkat telepon selularnya. Gaya yang berbeda, Mel si perempuan kosmopolitan sedang Didi si perempuan etnik pemilik butik. Didi menanyakan pada Mel bahwa ia melihat Mel di majalah bisnis dan ia mengucapkan selamat pada Mel.
Hari ini adalah Hati Ulang Tahunnya Joe, Jadi Mel tidak memberitahu Joe bahwa hari ini dia akan datang. Didi menyebutkan Miss Surprise. Di Singapore, Mel membeli belanjaan yang banyak dan ia juga beli buat Didi.
Didi juga menanyakan banyak pada Mel, antara lain bisnisnya di Singapura yang sukses, Ia juga mendapatkan resep kue Brownies dari Singapore.
Lalu Mel memberi kejutan pada Joe dengan hadiah Browniesnya dari Singapura. Mel membayangkan Joe, tunangan tersayang, apakah Joe nanti akan memeluknya, menciumnya terkejut sampai mereka berdansa romantis di restoran. Ia membayangkan tahun depan akan bersanding dengan Joe di pelaminan.
Mel berlari ke Apartemen Joe dan setelah sampai di Lobby apartemen ada seorang asisten sutradara melihatnya dan menyangka Mel adalah pemain baru. Mel tak sabar menemui Joe dan angka demi angka di lift seperti berjalan jauh lebih lambat dari biasanya. Di depan kamar Joe. Mel memandangi dirinya. Baru pulang dari Singapura. Memang kurang maksimal, lalu Mel mengeluarkan minyak wangi dan menyemprot belakang kedua telinganya, tempat favorit Joe menciumi dirinya. Ia juga merapikan ramput dan bajunya.
Saat masuk Mel melihat ruangan di apartemen itu berantakan, Ia mengira bahwa kamar seorang laki-laki pasti berantakan. Lalu ia mendengar suara tertawa dari Kamar mandi. Gemericik air sudah ada di depan kamar mandi dan ada celana dalam laki-laki dan perempuan. Sebelumnya ia mengira itu adalah Perampok, tapi lalu ia marah.
Di dalam kamar mandi, Joe ada bersama sesosok perempuan telanjang di dalam bathtub. Mel berteriak. Ia lalu berlari keluar. Sambil mengambil kimono, Joe mengejar Mel. Lalu perempuan ’pencuri’ itu malah menyuruh Joe untuk tetap bersamanya.
Mel lalu berlari ke depan lift dan beberapa kali ia memencet tombol lift sambil menangis. Lalu Joe datang dan Mel langsung pergi dengan tangga darurat. Lalu kado berisi Brownies tersebut dijatuhkan oleh Mel dan Joe pun mengambilnya dan tetap mengejar Mel.
Di area syuting sinetron, tiba-tiba 2 orang berlari. Perempuan berpakaian lengkap dan pria dengan kimono setengah terbuka dan tubuh yang basah. Jelas, mereka adalah Mel dan Joe. Joe berhasil menangkap Mel dan mereka berdiri tepat di depan kamera. Semua kru sinetron terpana. Bisa jadi ini adegan tambahan yang harus terlaksana.
Lalu mereka berdua saling bertengkar dan saat mereka tahu sedang disorot kamera maka Mel dan Joe langsung pergi sendiri, Joe ke apartemennya dan Mel pergi dengan sejuta kegalauan. Di tempat lain, Are pemilik kios buku bergumam membaca sebuah buku berjudul karya Kahlil Gibran. Mel lalu menangis tiada henti.
Di tempat Mel, Mama Mel ikut bersedih mendengar berita dari Didi bahwa Joe telah melakukan hal tersebut pada Mel lalu Mama Mel membuatkan masakan kesukaan Mel. Lalu saat Mel ke dapur Mama Mel pergi, dikiranya Mel akan makan masakannya tanpa terganggu. Namun Mel malah membuat Brownies dari resep yang didapat saat di Singapura.
Saat membuat Brownies ia sering menghina Joe, memakinya dan serasa ingin membunuhnya. Saat Browniesnya jadi, Mel mencicipnya tetapi rasanya menjadi pahit dan lalu ia menghina Joe yang dikatanya keparat. Saat ada rapat di Kantornya, Mel masih memikirkan bayangannya dengan Joe.
Saat melihat kertasnya selalu di tengah kata ada kata Joe. Lalu Pak Donny, atasan Mel menawarkan liburan pada Mel dan ia menolaknya. Mel selalu melamun membayangkan kejahatan Joe pada dirinya.
Lalu ia mengambil kamera yang ia beli bersama Joe di Bali, Ia melihat jendela kamar Joe dari luar pintu gerbang. Tak ada tanda kehidupan. Seperti sebelumnya tetapi siapa tahu ada kejadian heboh dan perselingkuhan lagi.
Mel ingin melihat Joe di Jendela tapi tak bisa karena nun tinggi di sana. Lalu Mobil Mel masuk ke apartemen Joe, disambut satpam yang semestinya mengenal betul wajahnya yang sering mampir ke apartemen Joe sebagai tunangannya. Mel memastikan ia memakai jaket dan topi serta kacamata hitam.
Mel memarkirkan mobilnya di pelataran terbuka. Lalu kameranya menjadi keker dan meneropongnya bisa jelas dan seperti lebih dekat. Lalu ia tak melihat Joe dan lalu ia menuju ke lift dekat apartemen Joe dan ia pun melihat Joe. Lalu Joe pergi dan Mel menyusulnya. Joe terbukti suka menciumi pipi perempuan-perempuan. Lalu Mel pulang dengan dongkol. Ia Masak Brownies dengan dongkol. Mama Mel geleng-geleng dan sudah berapa butir ia menghabiskan telur hanya untuk Brownies yang tak terasa.
Keesokan harinya Joe berenang bersama wanita-wanita dan menciuminya. Lalu Joe lompat dari papan lompat dan menciumi wanita-wanita tadi. Mel muak dan menyemburkan jus yang berada di mulutnya.
Mel tertidur di dalam mobil sambil mengintai Joe. Didi belum bisa melumerkan hati Mel, tetapi Mel mempunyai misi penting memaniskan kue Brownies itu. Lalu Didi menasehati Mel dan Didi pun mulai mengerti. Waktu Didi putus dengan Lilo, Mel lah yang menasehati Didi sehingga mereka tak jadi putus, bahkan akan segera menikah.
Untuk menghilangkan pikiran Joe dari Mel, Didi pun mengajak Mel untuk mempersiapkan pernikahan Didi dan Lilo.
Saat perkawinan Lilo dan Didi dilaksanakan, Mel masih membayangkan jika yang duduk di pelaminan itu adalah dirinya dan Joe. Tetapi Saat Resepsi sorenya, Didi kelihatan cantik dan Lilo sangat serasi dengan Didi. Dilain sisi, Mel merasa cemas dan ia lalu masuk ke kamar mandi membasuh wajahnya yang masih ber mack up.
Setelah keluar dari itu, Didi menarik Mel untuk bersalaman dengan Tamu. Dalam hati Mel membayangkan jika dirinya bersanding dengan Joe memakai pakaian anggun dan cantik bersama Joe yang tampan.
Tapi, kejadian yang tidak diinginkan terjadi, Mel bertemu dengan Joe. Joe kelihatan tampan dengan pakaian kemeja putih berbalut jas hitam, tinggi, dan dengan tatanan wajah yang menarik. Saat itu, Didi bicara pada Lilo bahwa berani sekali seorang Joe yang telah diketahui kelakukannya suka mempermainkan wanita.
Tetapi tidak disangka, Joe menggandeng wanita bernama Astrid dan dikerumuni oleh para wartawan yang semula melihat Didi dan Lilo berpaling ke Joe dan Astrid. Lalu ia mengucapkan selamat pada Didi dan Lilo. Saat ada di depan Mel, ia gugup sekali. Ia memperkenalkan Astrid pada Mel dan ia berusaha untuk tetap tersenyum.
Mel meminta pergi ke Didi namun ditolak tetapi karena sudah tak tahan lagi, Mel pun pergi dengan rasa sedih berbaur kemarahan.
Setelah sampai di rumah, Mel berteriak keras sekali dan mengobrak-abrik kamarnya dan semua pigura berisi foto-fotonya bersama Joe. Mel histeris. Mama Mel mengetuk pintu kamar Mel tapi ia tidak memperdulikan bahkan ia berteriak histeris seperti orang kesurupan.
Berhari-hari kemudian, Mel dibujuk Ibunya dan berhasil. Untuk melupakan Joe, Didi mencoba mencari pengganti Joe untuk Mel. Tanpa disadari suatu hari seorang Lelaki pembuat Brownies yang bernama Are itu menelpon Mel dan setelah berhari-hari saling bertelephon mereka mulai merasakan virus-virus cinta masuk ke diri Mel dan Are.
Setelah itu Are mulai mengajari Mel cara membuat masakan yang enak. Bahan dasar yang dibicarakan diatas adalah tetesan cairan sang pembuat Brownies. Wujudnya cair berupa keringat dan air mata, namun keringat itu adalah keringat peluh kerja keras yang diwujudkan atas nama cinta. Serta air mata yang mengalir karena rasa cinta yang dalam.
Hari-hari berikutnya hubungan mereka berdua makin mesra, Mel makin menyayangi Are, Mel butuh Are dan Mel takut kehilangan Are. Kalimat itulah yang selalu diucapkan Mel pada Are.
Mereka berdua membuat Kue di Toko kue Are. Setelah jadi, Are mengambil kue brownies di tangan kanan Mel dan pelan-pelan menggigitnya. Keduanya saling bertatapan lama. Kepala mereka mendekat perlahan. Bibir mereka seperti magnet cinta, ingin saling bersentuhan dan melumat.
Astaga! Ia merasakannya malam itu.
Seperti mimpi-mimpi seorang pria mendekati, besar rupawan tapi tidak dikenali. Tangan pria itu menjulur, menyentuh pipi. Tubuh Mel tergetari, jiwa Mel menari-nari. Berkali-kali mimpi yang sama, seakan-akan pria itu diciptakan untuk menemani. Seakan-akan cinta bersemi, dan kali ini bukan sekedar mimpi. Are adalah si pria yang dijumpainya dalam mimpi…
Bibir Mel nyaris menyentuh bibir Are. Tapi, tatapan dan ciuman yang hampir dilakukan mereka itu ternyata terjadi. Malah Mel mengatakan pada Are bahwa ia udah mau makan Brownies lagi. Are tercekat dan berkata ya. Ia mengambil Brownies dan menggigitnya!
Lalu Mel menganggap Brownies buatannya tidak disukai oleh Are, namun Ia pun ngambek. Are mencoba Mel untuk tidak selalu berpikir negatif duluan.
Hahaha! Keduanya berdebat, saling beradu mulut. Tapi keduanya bergandengan tangan. Bersama. Serasa.
Mel melirik Are dengan tatapan manisnya dan bertanya mau kemana. Are menjawab Mengungkapkan rasa. Jelas saja jantung Mel berdetak kencang apalagi tempatnya di rumah Are. Mel mulai berpikir Negatif, ternyata Are hanya menggodanya. Mereka pergi ke Rumah Are untuk memasak Brownies.
Rembulan semakin terang, hatiku benderang. Rasa mereka tak terbilang, berpijar-pijar lebih dari kunang-kunang. Tiada lagi kelam yang kan terulang, Karena kini hati telah berpulang, pada tempat asal yang harusnya berdiam tenang. Yuk, mari kita bersulang!
Bahan dasar satu ini memang tidak pernah lelah dan tidak pernah sendiri. Bahan ini selalu mempunyai misi. Kini waktunya bahan dasar untuk membelah diri lagi, mencari-cari si pembuat Brownies lagi. Menciptakan rasa baru dan tetap abadi…
Title Post: Brownies
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog Sorana Indonesia, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog Sorana Indonesia, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
0 komentar:
Posting Komentar