Bacalah Ketika Engkau Patah Hati
Devi terbangun tatkala adzan subuh bergema dari masjid di ujung jalan. Entah kenapa pagi ini ia merasa malas untuk berbuat apapun, tetapi untuk tidur kembali pun ia tak bisa. Udara pagi yang dingin membuat ia merasa lebih senang bergelung dibawah selimut sambil melamun.
Pintu kamar sebelah terdengar dibuka. Itu ibu.
“Sejak dulu, Ibu selalu membiasakan diri bangun sepagi mungkin. Lalu terdengar suara ayah sudah bangun sepagi ini,” pikirDevi.
Tetapi kemudian dia ingat bahwa hari ini adalah hari Minggu.Ayahtentuhendak jogging. Benar saja, tak berapa lama kemudian pintu kamarDevidiketuk dari luar.
“BangunDev, temani ayah jogging!” seru ayah.
“Malas yah, masih ngantuk,” sahutDevisambil keluar dari selimut lalu turun membuka pintu.Didepan pintu ayah berdiri lengkap dengan pakaian olahraga.
“Belum shalat,kankau Dev!Ayoshalat dulu. Tidurnya diteruskan nanti saja … “
“Jam satu siang.” Sela ibu ikut bicara. Deva cemberut.
“Oke-oke, tapi Devinggak ikut jogging lho yah! Lagi nggak in good mood.”
“Good mood, good mood, bilang aja malas,” kata ibu sambil masuk kamar.Devi bertanya.Ayahkeluar rumah setelah lebih dulu memesan nasi goreng.
Aneh, perasaannya seolah-olah kosong, hampa dan sepi sekali. Entah kenapa. Seorang anak kecil lelaki bersepeda lewat di depan rumahnya.Devimemperhatikan anak itu, sungguh sehat dansegar. Dia mengenakan celana pendek putih dan kaus biru. Topinya juga biru, ada gambarnya di topinya garuda terbang, seperti kepunyaanSam.
Oh,Sam! Ingat akanSam, dadaDeviberdebar-debar sejenak, lalu sepi itu kian terasa … kini dia telah tahu apa yang menyebabkan perubahan pada diri dan perasaannya.
Sam! Semalam ia danSamtelah memutuskan untuk berpisah setelah hampir satu setengah tahun menjalin kasih. Sedih sekali, tentu.
Tetapi sedikit pun jugaDevitak sudi memperlihatkan air matanya. Sakit hatinya mengalahkan kesedihannya.
Samyang teramat ia kasihi tiba-tiba saja berpaling pada gadis lain, siapa yang tidak sedih? Siapa yang tidak sakit hati?
Pipinya basah tiba-tiba.Devimengusapnya dengan punggung tanganya. ”Sedih sih sedih, tapi jangan pakai acara nangis segala dong,” kesenangan dia nanti, gerutuDevipada dirinya sendiri.
“Dev!” Hup! Dev keluar kamar.Didapur ibu sedang menggoreng bawang.
”Tolong lihat daging di kulkas, barangkali yang kemarin masih ada. Potong kecil-kecil ya” perintah ibu. ”Nanti buDevilagi menyapu,” sahutDevi.
”Dari tadi kamu ngapain sih!”
”Melamun … eh, iya bu, iya deh.Devipotong-potong dagingnya,”Devitertawa melihat ibu matanya mendelik.
Setelah sarapan pagi dan membersihkan rumah, tugas rutinnya sehari-hariDevigoyang-goyang kaki di teras depan.
Duduk melamun tanpa pekerjaan membuat pikirannya melayang ke mana-mana.Samyang paling sering dia pikirkan.
Kira-kira si Kepala batu itu lagi ngapain, ya! Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan gadisnya yang ”terbaru”.Dimana?
Dipantai atau di tamankota? Alangkah bahagianya mereka, alangkah malangnya nasibnya kesepian di rumah, dan alangkah iriDevipada gadisSamyang baru itu. Tiba-tiba saja merasa ingin menangisi nasib cintanya yangmalang. Mingkin ini yang disebut patah hati … Aku masih mencintaiSam, pikirDevisedih, dia begitu berarti bagiku. Pipinya kembali basah namun secepat kilatDevimengusapnya. Berbahaya sekali kalau ibu sampai melihat dia menangis.Deviberdiri rasanya lebih aman bila dia berada di kamarnya, dimana banyak terdapat benda-benda yang menimbulkan kenangan membuatDevimerasa tersiksa.
Semuanya mengingatkannya padaSam, semuanya membuatDevisemakin sedih, dengan air mata berlinangDevimengumpulkan benda-benda penuh kenangan itu. Dia pernah membaca pada majalah bahwacarauntuk mempercepat melupakan bekas kekasih adalah dengan jalan menyimpan semua barang-barang pemberiannya serta barang-barang yang dapat mengingatkan pada dia, bila perlu bakar saja!
Ketika akan menyimpan kaset Memory of Year,Devi ragu-ragu sejenak. Dia sangat menyukai lagu-lagunya, tetapi kaset yang ia beli bersamaSam itu pasti akan membuatnya bernostalgia. Harus dipetikan!Devi memasukkan semua benda-benda itu ke dalam dus bekas tempat sepatu, kecuali boneka Panda.
Dus itu ia sembunyikan ke laci paling bawah meja belajarnya. Ketika itulah tangannya menyentuh sebuah kotak kayu berukir.Devimengeluarkan kotak kayu berukir itu.
Yang terlihat pertama kali adalah sebuah album foto yang mungil.Devimembolak-balik album itu dan ia tak dapat menahan tawanya melihat wajahnya sendiri ketika masih kecil gemuk, sehat dan tampak lucu. Entah bagaimana bentuk wajahnya bila sampai sekarang dia tetap gendut.Sampasti akan menjulukinya bakpao seperti dia menjulukiErnateman se kelasnya yang gendut gembrot. Ah, lagi-lagiSam. Selain album foto, di dalam kotak itu terdapat boneka kain, mungil dan lucu, buatannya sendiri ketika kelasVISD.
Lalu dalam dus itu ada juga buku-buku notes yang penuh coretan, surat-surat dari Sahabat penanya, dompet kertas, kartu pos bergambar, sebuah cermin kecil hadiah dari neneknya dan selembar amplop yang tertutup rapat.
Devimembalikan amplop itu, terbaca olehnya tertulis di situ : Buat yang manis Devi. Lalu tertulis lagi : “Bacalah kala engkau patah hati”.
Devitercengang. Tiba-tiba ia menyadari bahwa itu adalah tulisannya sendiri!Deviingat,suratyang ditujukan untuk dirinya itu adalah tulisannya sendiri yang ia tulis beberapa tahun silam.
KakDinayang memberi ide.KakDinajuga menulissuratuntuk dirinya sendiri untuk dibaca pada nanti ulang tahunnya yang ke-50.Devimenulis sendiri tiga buahsurat. Satu untuk dibaca ketika nanti ia berusia 50 tahun sepertiKakDina, tapi entah di manasuratitu sekarang! Satu lagi dibaca saat dia jatuh cinta untuk pertama kali. Satu setengah tahun yang lalu, ketika ia jatuh cinta padaSamsuratitu ia baca bersamaSam.Dansekarang … penuh rasa ingin tahuDevimerobek pinggiran amplop itu dia tak ingat lagi apa saja yang dia tulis dalamsuratitu.
“Dear Devi!”
Hari ini hari yang paling menyebalkan bukan? Aku juga merasakan seperti juga aku merasakan perasaanmum kesedihanmu dan sakit hatimu.
Dia entah siapa namanya, memang manusia gombal! Dev. Tapi kukira tak ada salahnya bila engkau ingin menangis. Bukan untuk dia, tapi untuk dirimu sendiri, untuk kesedihanmu. Menangislah, Dev. Menangislah, barangkali tangis itu dapat mengurang tekanan emosi yang kau rasakan saat ini.
Devi yang manis.
Jangan terlalu lama bersedih, rugi Dev. Sekarang, setelah kau yakin dia bukan kekasihmu lagi bangkitlah.
Jangan mengharapkan dia lagi, biarkan dia bersama gadis lain. Engkau dapat hidup tanpa dia, bukan? Bagus!
Sudah kau simpan semua barang-barang yang dapat menimbulkan kenangan bersamanya?
Nah, senyumlah, lihatlah sekelilingmu, banyak yang bisa kau kerjakan saat ini, misalnya membersihkan kamarmu, membantu ibu di dapur. (Kau pasti menolak usulku yang satu ini, Dev!).
Ya ya Dev, tentu saja tidak mudah untuk melupakan dia, tapi kau pun harus ingat bukan hanya dia lelaki di bumi ini.
Bagaimana jugasuratuang ia tulis sendiri tiga tahun yang silam telah mengurangi kesedihannya.
“Ya, bukan hanya Sam lelaki di Bumi ini,” pikir Devi sambil menyimpan kembalisuratitu. Ia akan membacanya kembali bila ia patah hati lagi di lain waktu. Siapa Tahu?
Devi terbangun tatkala adzan subuh bergema dari masjid di ujung jalan. Entah kenapa pagi ini ia merasa malas untuk berbuat apapun, tetapi untuk tidur kembali pun ia tak bisa. Udara pagi yang dingin membuat ia merasa lebih senang bergelung dibawah selimut sambil melamun.
Pintu kamar sebelah terdengar dibuka. Itu ibu.
“Sejak dulu, Ibu selalu membiasakan diri bangun sepagi mungkin. Lalu terdengar suara ayah sudah bangun sepagi ini,” pikirDevi.
Tetapi kemudian dia ingat bahwa hari ini adalah hari Minggu.Ayahtentuhendak jogging. Benar saja, tak berapa lama kemudian pintu kamarDevidiketuk dari luar.
“BangunDev, temani ayah jogging!” seru ayah.
“Malas yah, masih ngantuk,” sahutDevisambil keluar dari selimut lalu turun membuka pintu.Didepan pintu ayah berdiri lengkap dengan pakaian olahraga.
“Belum shalat,kankau Dev!Ayoshalat dulu. Tidurnya diteruskan nanti saja … “
“Jam satu siang.” Sela ibu ikut bicara. Deva cemberut.
“Oke-oke, tapi Devinggak ikut jogging lho yah! Lagi nggak in good mood.”
“Good mood, good mood, bilang aja malas,” kata ibu sambil masuk kamar.Devi bertanya.Ayahkeluar rumah setelah lebih dulu memesan nasi goreng.
Aneh, perasaannya seolah-olah kosong, hampa dan sepi sekali. Entah kenapa. Seorang anak kecil lelaki bersepeda lewat di depan rumahnya.Devimemperhatikan anak itu, sungguh sehat dansegar. Dia mengenakan celana pendek putih dan kaus biru. Topinya juga biru, ada gambarnya di topinya garuda terbang, seperti kepunyaanSam.
Oh,Sam! Ingat akanSam, dadaDeviberdebar-debar sejenak, lalu sepi itu kian terasa … kini dia telah tahu apa yang menyebabkan perubahan pada diri dan perasaannya.
Sam! Semalam ia danSamtelah memutuskan untuk berpisah setelah hampir satu setengah tahun menjalin kasih. Sedih sekali, tentu.
Tetapi sedikit pun jugaDevitak sudi memperlihatkan air matanya. Sakit hatinya mengalahkan kesedihannya.
Samyang teramat ia kasihi tiba-tiba saja berpaling pada gadis lain, siapa yang tidak sedih? Siapa yang tidak sakit hati?
Pipinya basah tiba-tiba.Devimengusapnya dengan punggung tanganya. ”Sedih sih sedih, tapi jangan pakai acara nangis segala dong,” kesenangan dia nanti, gerutuDevipada dirinya sendiri.
“Dev!” Hup! Dev keluar kamar.Didapur ibu sedang menggoreng bawang.
”Tolong lihat daging di kulkas, barangkali yang kemarin masih ada. Potong kecil-kecil ya” perintah ibu. ”Nanti buDevilagi menyapu,” sahutDevi.
”Dari tadi kamu ngapain sih!”
”Melamun … eh, iya bu, iya deh.Devipotong-potong dagingnya,”Devitertawa melihat ibu matanya mendelik.
Setelah sarapan pagi dan membersihkan rumah, tugas rutinnya sehari-hariDevigoyang-goyang kaki di teras depan.
Duduk melamun tanpa pekerjaan membuat pikirannya melayang ke mana-mana.Samyang paling sering dia pikirkan.
Kira-kira si Kepala batu itu lagi ngapain, ya! Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan gadisnya yang ”terbaru”.Dimana?
Dipantai atau di tamankota? Alangkah bahagianya mereka, alangkah malangnya nasibnya kesepian di rumah, dan alangkah iriDevipada gadisSamyang baru itu. Tiba-tiba saja merasa ingin menangisi nasib cintanya yangmalang. Mingkin ini yang disebut patah hati … Aku masih mencintaiSam, pikirDevisedih, dia begitu berarti bagiku. Pipinya kembali basah namun secepat kilatDevimengusapnya. Berbahaya sekali kalau ibu sampai melihat dia menangis.Deviberdiri rasanya lebih aman bila dia berada di kamarnya, dimana banyak terdapat benda-benda yang menimbulkan kenangan membuatDevimerasa tersiksa.
Semuanya mengingatkannya padaSam, semuanya membuatDevisemakin sedih, dengan air mata berlinangDevimengumpulkan benda-benda penuh kenangan itu. Dia pernah membaca pada majalah bahwacarauntuk mempercepat melupakan bekas kekasih adalah dengan jalan menyimpan semua barang-barang pemberiannya serta barang-barang yang dapat mengingatkan pada dia, bila perlu bakar saja!
Ketika akan menyimpan kaset Memory of Year,Devi ragu-ragu sejenak. Dia sangat menyukai lagu-lagunya, tetapi kaset yang ia beli bersamaSam itu pasti akan membuatnya bernostalgia. Harus dipetikan!Devi memasukkan semua benda-benda itu ke dalam dus bekas tempat sepatu, kecuali boneka Panda.
Dus itu ia sembunyikan ke laci paling bawah meja belajarnya. Ketika itulah tangannya menyentuh sebuah kotak kayu berukir.Devimengeluarkan kotak kayu berukir itu.
Yang terlihat pertama kali adalah sebuah album foto yang mungil.Devimembolak-balik album itu dan ia tak dapat menahan tawanya melihat wajahnya sendiri ketika masih kecil gemuk, sehat dan tampak lucu. Entah bagaimana bentuk wajahnya bila sampai sekarang dia tetap gendut.Sampasti akan menjulukinya bakpao seperti dia menjulukiErnateman se kelasnya yang gendut gembrot. Ah, lagi-lagiSam. Selain album foto, di dalam kotak itu terdapat boneka kain, mungil dan lucu, buatannya sendiri ketika kelasVISD.
Lalu dalam dus itu ada juga buku-buku notes yang penuh coretan, surat-surat dari Sahabat penanya, dompet kertas, kartu pos bergambar, sebuah cermin kecil hadiah dari neneknya dan selembar amplop yang tertutup rapat.
Devimembalikan amplop itu, terbaca olehnya tertulis di situ : Buat yang manis Devi. Lalu tertulis lagi : “Bacalah kala engkau patah hati”.
Devitercengang. Tiba-tiba ia menyadari bahwa itu adalah tulisannya sendiri!Deviingat,suratyang ditujukan untuk dirinya itu adalah tulisannya sendiri yang ia tulis beberapa tahun silam.
KakDinayang memberi ide.KakDinajuga menulissuratuntuk dirinya sendiri untuk dibaca pada nanti ulang tahunnya yang ke-50.Devimenulis sendiri tiga buahsurat. Satu untuk dibaca ketika nanti ia berusia 50 tahun sepertiKakDina, tapi entah di manasuratitu sekarang! Satu lagi dibaca saat dia jatuh cinta untuk pertama kali. Satu setengah tahun yang lalu, ketika ia jatuh cinta padaSamsuratitu ia baca bersamaSam.Dansekarang … penuh rasa ingin tahuDevimerobek pinggiran amplop itu dia tak ingat lagi apa saja yang dia tulis dalamsuratitu.
“Dear Devi!”
Hari ini hari yang paling menyebalkan bukan? Aku juga merasakan seperti juga aku merasakan perasaanmum kesedihanmu dan sakit hatimu.
Dia entah siapa namanya, memang manusia gombal! Dev. Tapi kukira tak ada salahnya bila engkau ingin menangis. Bukan untuk dia, tapi untuk dirimu sendiri, untuk kesedihanmu. Menangislah, Dev. Menangislah, barangkali tangis itu dapat mengurang tekanan emosi yang kau rasakan saat ini.
Devi yang manis.
Jangan terlalu lama bersedih, rugi Dev. Sekarang, setelah kau yakin dia bukan kekasihmu lagi bangkitlah.
Jangan mengharapkan dia lagi, biarkan dia bersama gadis lain. Engkau dapat hidup tanpa dia, bukan? Bagus!
Sudah kau simpan semua barang-barang yang dapat menimbulkan kenangan bersamanya?
Nah, senyumlah, lihatlah sekelilingmu, banyak yang bisa kau kerjakan saat ini, misalnya membersihkan kamarmu, membantu ibu di dapur. (Kau pasti menolak usulku yang satu ini, Dev!).
Ya ya Dev, tentu saja tidak mudah untuk melupakan dia, tapi kau pun harus ingat bukan hanya dia lelaki di bumi ini.
Salam paling manis,
Sahabatmu.
Devi tersenyum sambil melipat surat itu. Matanya masih berair. “Terima kasihDevikecil.” Gumamnya lirih.Bagaimana jugasuratuang ia tulis sendiri tiga tahun yang silam telah mengurangi kesedihannya.
“Ya, bukan hanya Sam lelaki di Bumi ini,” pikir Devi sambil menyimpan kembalisuratitu. Ia akan membacanya kembali bila ia patah hati lagi di lain waktu. Siapa Tahu?
Title Post: Bacalah Ketika Engkau Patah Hati
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog Sorana Indonesia, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog Sorana Indonesia, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
0 komentar:
Posting Komentar